Tepat disebelah kiri dan kanan rumah itu terdapat sebuah kebun kecil yang ditumbuhi pepohonan yang cukup lebat. Terus terang kondisi rumah itu sangat jauh berbeda dengan rumah kami sebelumnya. Tapi karena sesuatu hal kami terpaksa harus pindah kesana.
Dirumah itu, kamarku sendiri cukup besar. Didalamnya ada telepon pribadi serta tempat tidur baru. Letak kamarku sendiri bersebelahan dengan rumpun pohon bamboo besar yang tumbuh diluar. Bila dilihat dari jauh pohon itu seolah menanungi bagian kamarku dengan ranting dan daunnya yang lebat.
Di kamar itu aku tidur sendirian.
Sebenarnya aku merasa cukup beruntung dengan adanya telepon pribadi di dalam kamarku. Karena dengan begitu aku bisa bebas menelepon maupun menerima telepon dari pacarku yang ada di kota. Memang hampir setiap malam kami saling menelepon . kami selalu memanfaatkan waktu tengah malam untuk menghemat pulsa.
Demikian juga halnya dengan saat itu. Jam di dinding telah menunjukan pada angka satu. Aku dan pacarku masih asyik ngobrol lewat telepon. Tapi tidak seperti biasanya, saat itu hatiku merasa gelisah sekali , aku merasa seperti ada yang mengawasi diriku dari luar kaca jendela. Kebetulan kacca jendela kamarku langsung berhubungan dengan keberadaan bambo besar diluar.
Karena takut ada apa-apa, aku akhiri saja pembicaraan dengan pacarku. Hatiku semakin tidak tenang manakala terdengar suara berisik dari arah luar kamarku . suara itu seperti suara nafas orang yang terengah-engah karena kelelahan. Aku memberanikan diri untuk melihat keluar. Tapi anehnya setelah aku liat ternyata tidak ada apa-apa.
Lalu kututup lagi tirai jendela itu. Anehnya begitu kututup suara itu kembali terdengar lebih keras. Hal ini jelas membuat aku semakin takut. Dalam ketakutan itu, aku berusaha untuk membaca–baca doa. Berbagai macam doa aku baca saat itu hingga aku kelelahan dan akhirnya tanpa sadar tertidur.
Saat hari menjelang subuh, tiba-tibas aku terbangun.
Di telingaku sayup-sayup terdengar suara wanita yang sedang menangis pilu. Semula aku tidak terlalu memperhatikannya karena aku mengira itu suara orang yang sedang mengaji di masjid.
Namun aku baru ingat bahwa tempat tinggalku jauh dari masjid, padahal suara itu terdengar sangat dekat seperti di sebelah rumah. Bahkan lama-kelamaan juga terdengar semakin keras.
Keesokan paginya aku ceritakan hal itu pada keluargaku. Karena itulah kemudian pada malam harinya aku tidur ditemani kakak lai-lakiku. Dan begitu malam telah larut, suara itu pun mulai terdengar lagi. Karena penasaran aku,kakak serta adikku keluar untuk melihat suara apa yang terdengar dari dalam kamarku itu.
Ternyata di luar rumah kami tidak menemukan apa-apa. Yang ada hanya rimbunan pohon bambo yang terlihat sangat menyeramkan.
Kamipun kembali masuk kedalam rumah sambil memendam rasa penasaran. Bahkan suara orang menangis yang terdengar seperti orang yang mengaji juga terdengar manakala menjelang waktu subuh. Padahal waktu kami cek keluar juga tidak ada apa-apa.
Demikian pula saat kami mengecek di masjid terdekat. Pada saat itu kami tidak menemukan ada orang yang sedang mengaji di sana. Rasa penasaran terus menyelimuti hati kami, karena suara tiu seringkali muncul meski tidak setiap hari. Kami masih bingung suara apa yang kami dengar itu. Tapi dari beberapa cerita penduduk di desa itu, kebanyakan meraka mengatakan kalau rumah yang kami tempati itu sangat angker.
Sejak dulu tidak ada orang yang berani menempatinya. Karena itulah ibuku senantiasa menyuruhku untuk berdoa agar tuhan selalu melindungi kami. Tapi beberapa waktu kemudian akhirnya kami pindah juga dan kembali ke rumah kami semula.
0 komentar:
Posting Komentar